Minggu, 18 Mei 2014

Should I Confess?

Title: Should I Confess?
Pairing: HunHan, slight! KaiSoo, ChanBaek.
Genre: Romance, Hurt/Comfort
Rating: M
Word count: 651 words
Summary: Luhan mencoba berbohong pada perasaannya sendiri. Dan dia tahu, dia takkan bisa.
Luhan masih ingat terakhir kali dia tertawa kencang. Saat itu, Luhan tertawa karna menertawai Baekhyun yang jatuh dari kursinya. Luhan tertawa keras-keras hingga dia sendiri tak tahu cara berhenti. Awalnya teman-teman sekelas mereka juga ikut tertawa. Namun sudah empat menit mereka berhenti tertawa, namun Luhan belum juga berhenti tertawa. Hingga dia merasa tenggorokannya sakit dan wajahnya memerah.
Dan dia ingat bagaimana dia berakhir di depan pintu kelasnya sambil mengangkat satu kaki sambil memegang kedua telinganya. Luhan masih bisa mendengar suara cekikikan Baekhyun dan Kyungsoo juga beberapa teman sekelasnya. Lalu dia merengut sambil menggerutu.
Luhan kesal.
Namun kali ini berbeda. Dia tertawa kencang sampai air matanya keluar bukan karena Baekhyun yang jatuh dari kursi. Luhan tertawa keras karena orang yang dia benci dari kelas tujuh dulu tersandung di tengah-tengah lapangan basket yang dikerumuni banyak orang-kebanyakan perempuan-yang sedari tadi tak henti-hentinya menjerit senang. Luhan sangat senang melihatnya. Saat 'Tuan serba bisa' itu terjatuh karena kakinya disandung dengan sengaja oleh kapten tim lawannya; Daesung.
Dia sudah menanti-nanti hal ini sejak kelas tujuh dulu. Sehun-nama si korban tersandung-, tadi tetap berusaha berdiri dengan wajah tenangnya sambil sedikit mengelus lututnya sejenak. Dia menatap kapten tim lawannya itu dengan tajam. Lalu dia mendengar suara peluit dari wasit dan melihat Daesung yang marah-marah karena harus keluar lapangan. Dia tersenyum tipis meremehkan ketika teman-temannya menghampirinya dengan wajah khawatir.
"Hey, kau baik-baik saja kan?" Kris-kapten dari timnya bertanya sambil menepuk kecil bahu kanannya.
"Ya, tak masalah." Ucapnya kecil.
"Heh, seharusnya, statusnya sebagai kapten dicabut. Mana ada kapten yang licik seperti itu." Pemuda dengan kantung mata seperti Panda itu manyahut asal.
"Sudahlah Tao, jangan dibahas lagi. Aku baik-baik saja." Sehun kembali menengahi.
"Ya, Sehun benar Tao. Lupakan kapten bodoh itu. Ayo lanjutkan." Ucap Kris sambil memeluk bahu Tao dengan sebelah tangan sambil mengajaknya ke tengah. Tao menundukkan wajahnya yang memerah tanpa ia bisa hentikan. Tangannya gemetaran.
Dia merona.
Luhan merengut kesal sambil berceloteh tentang betapa kesalnya ia karena Sehun-pemuda yang dibencinya dari kelas tujuh-, hanya tersandung dan baik-baik saja. Bahkan wanita-wanita berisik yang tadi memekik kaget karena pangeran tampan mereka terjatuh tadi, sudah kembali menjerit-jerit meneriakkan nama Oh Sehun. Dia kesal. Dia ingin orang yang dibencinya itu malu.
Baekhyun dan Kyungsoo hanya menghela napas maklum akan sifat temannya yang ramah itu berubah seratus delapan puluh derajat jika berhubungan dengan Oh Sehun.
"Sudahlah. Berhenti mengumpat dan menyumpahi si tampan Oh Sehun. Dia terlalu baik untuk kau sumpahi." Ucap Baekhyun sambil kembali meneriaki pemuda tinggi yang sedang memdribble bola ke ring.
"Ya, lagipula kenapa kau sangat membenci Oh Sehun? Setahu ku dia baik walaupun pendiam, dan dia tidak pernah mengganggu mu." Ucap Kyungsoo sambil memasukkan kembali kimchi yang dibawa dari rumah ke mulutnya.
Luhan menghela napas lelah. Sebenarnya bukan maunya juga untuk seperti ini. Tapi dia kesal sendiri jika mengingat-ingat hal yang membuatnya membenci si Oh Sehun ini. Dia kesal sambil membanting gelas cola yang terbuat dari karton itu ke lantai di kakinya.
Oh Sehun sempurna.
.
.
.
.
Luhan kecil berlari tak tentu arah. Pandangannya tak lepas dari balon yang sedang dikejarnya. Tanpa Luhan sadari dia telah memasuki sebuah pekarangan rumah yang sangat luas.
Luhan kaget saat balon merah yang dikejarnya tadi berhenti di sebuah dahan rindang. Dia bingung ketika balon yang dikejarnya tersangkut terlalu tinggi. Walaupun masih tujuh tahun, Luhan yakin dengan badannya yang tergolong mungil itu, dia tidak akan bisa menggapai ujung benang balon yang menggantung di dahan itu.
Jadi dengan pikiran polosnya ia putuskan untuk melempari balon tersebut dengan batu kerikil tanpa berpikir itu akan memecahkan balonnya. Luhan kecil yang polos terus melempari balon malang tersebut hingga salah satunya mengenai balon itu dan pecah. Luhan kecil terkejut-sambil menjerit seperti wanita-, lalu mulai menangis karena ulahnya sendiri. Luhan tetap terisak sambil memegangi sisa-sisa balon malangnya.
Tanpa dia sadari seseorang mendatanginya dari belakang. Lalu pelan-pelan dia mengelus pucuk kepala Luhan untuk menenangkannya. Luhan terkejut lalu berbalik terburu-buru sambil mengusap air matanya. Terkejut ketika melihat anak laki-laki yang lebih tinggi menatap dengan wajah datarnya.
TBC
Duh, saya tahu saya kurang ajar. Baru ngepost satu cerita, malah bikin cerita baru. Tapi hanya ingin menumpahkan isi pikiran saya pada tulisan. Dan setidaknya ingin sedikit berbagi dengan pembaca (kalau ada).
Akhir-akhir ini saya cukup lelah dengan kegiatan di kampus yang tidak ada habis-habisnya. Tapi menyenangkan sekali saat bisa menyalurkan ide yang ada. Saya ingin mencari pengalih perhatian dari masalah yang sedang terjadi sekarang (Saya harap kalian mengerti maksud saya).
Well, segala pujian, kritik, saran, bahkan flame diterima dengan senang hati. Pembaca yang baik adalah pembaca yang meninggalkan jejaknya. Terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar